Kamis, 17 Juni 2021

Penyakit Ikan - Ichthyophthiriasis

Parasit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Dialam parasit mempunyai peranan penting dalam dalam suatu ekosistem. Sedangkan dalam budidaya kehadiran parasit sangat dihindari. Penyakit ikan didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik,morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal).

Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan menjadi sakit. Faktor utamanya adalah host (organisme peliharaan/inang), patogen (mikroba, parasit) dan lingkungan yang menyangkut fisik, kimia atau tingkah laku seperti stres.

Penyakit bintik putih (white spot), yang dikenal juga dengan nama Ich, adalah parasit yang harus dihadapi oleh para penggemar ikan tropis, baik cepat atau lambat. Penyakit bintik putih adalah penyebab kematian ikan tertinggi dibandingkan penyakit lain. Penyakit tersebut biasanya terjadi pada ikan akuarium yang terlalu sering berkontak dengan ikan lain, dan juga stres yang disebabkan karena ikan tinggal di dalam akuarium, bukan alam bebas. Ich dapat ditemukan pada ikan tropis air tawar ataupun air asin, dan cara mengobatinya pun bermacam-macam, tergantung pada ekosistem dan makhluk lain yang tinggal di dalam akuarium.

Perbedaan penyakit bintik putih pada ikan air tawar dan ikan air asin.
Penyakit Ich memengaruhi ikan air tawar dan ikan air laut dengan cara yang sama, tetapi lama siklus hidup dan cara pengobatannya berbeda. Pada kedua jenis ikan, parasit protozoa akan menempel pada tubuh ikan agar dapat menumpang di dalam siklus hidup ikan. Di alam liar, Ich lebih tidak berbahaya karena inang lebih sulit untuk ditemukan. Ketika parasit menemukan inang, parasit akan terlepas dari ikan, dan ikan mampu pergi menjauh dan menyembuhkan lukanya. Akan tetapi, di dalam akuarium yang tertutup, parasit Ich dapat menempel pada ikan dengan mudah, sehingga dapat menggandakan diri dan mengerumuni inangnya, yang lama-kelamaan akan membunuh semua ikan di dalam akuarium.

Di air tawar, Ich dikenal sebagai ichthyophthiriasis. Di air laut, Ich dikenal sebagai cryptocaryon irritans, dan sering kali tidak dapat dibedakan dengan parasit lain yang juga menyebabkan bintik putih. Ich air laut memerlukan waktu lebih lama untuk menggandakan diri, tetapi parasit tersebut hanya memiliki waktu selama 12 hingga 18 jam untuk menemukan inang sebelum mati, sedangkan Ich air tawar dapat bertahan hingga 48 jam tanpa inang.

Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh golongan parasit beserta gejala klinis, dan cara diagnosis serta cara pengendaliannya.

1. Bintik putih (white spot) atau "Ich" atau ichthyophthiriasis

Bio – Ekologi Patogen :
• Protozoa berbentuk bulat/oval berdiameter 50–1000 μm, diselaputi silia, inti sel berbentuk seperti tapal kuda
• Bersifat obligat parasitic, sdan pada angat ganas, infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar terutama benih (ikan tidak bersisik lebih sensitif)

Gejala klinis :
• Nafsu makan menurun, gelisah
• Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
• Frekwensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
• Bintik-bintik putih di sirip, kulit atau insang

Diagnosa :
• Pengamatan secara visual terhadap adanya bintik putih (parasit) pada kulit, sirip dan insang ikan
• Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.


Gambar 1. Ikan yang terserang penyakit ichthyophthiriasis, tampak adanya bintik-bintik putih di seluruh tubuh ikan



Gambar 2. Morfologi parasit Ichthyophthirius multifiliis, sel yang dipenuhi oleh nutrisi dan makro-nukleus yang menyerupai bentuk tapal kuda

Pengendalian :
  1. Mempertahankan suhu air ≥ 29o C selama 2 minggu atau lebih
  2. Meningkatkan frekwensi pergantian air
  3. Pemindahan ikan pada air yang bebas “Ich” secara berkala yang disesuaikan dengan siklus hidupnya
  4. Ikan yang terinfeksi ”Ich” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan beberapa jenis desinfektan, antara lain:
  5. Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  6. Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  7. Perendaman dalam larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit, dilakukan pengulangan setiap 2 hari

Penyebab : Ichthyophthirius multifiliis atau "Ich"
Protozoa berbentuk bulat/oval berdiameter 50--1000 m, diselaputi silia, inti sel berbentuk seperti tapal kuda
Bersifat obligat parasitic, sdan pada angat ganas, infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
Menginfeksi semua jenis ikan air tawar terutama benih (ikan tidak bersisik lebih sensitif)

Gejala klinis :
  • Nafsu makan menurun, gelisah
  • Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
  • Frekwensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
  • Bintik-bintik putih di sirip, kulit atau insangDiagnosa :
  • Pengamatan secara visual terhadap adanya bintik putih (parasit) pada kulit, sirip dan insang ikan Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian :
  • Mempertahankan suhu air 29 C selama 2 minggu atau lebih
  • Meningkatkan frekwensi pergantian air
  • Pemindahan ikan pada air yang bebas "Ich" secara berkala yang disesuaikan dengan siklus hidupnya
  • Ikan yang terinfeksi "Ich" dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan beberapa jenis desinfektan, antara lain:
  • Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  • Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
  • Perendaman dalam larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit, dilakukan pengulangan setiap 2 hari

2. Cryptocaryasis (Marine White Spot)

Penyebab : 
Cryptocaryon irritans, Berbentuk bulat atau oval berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan memunyai silia.
Bersifat obligat parasitik (memiliki karakter biologi yang hampir sama dengan parasit "Ich")
Sangat ganas, pada infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari
Menginfeksi jenis ikan budidaya air laut (kerapu, kakap, baronang, dll.) terutama ukuran benih, meskipun ukuran dewasa juga rentan apabila kekebalan tubuhnya merosot

Gejala Klinis :
  • Nafsu makan menurun, kurus, warna tubuh gelap, gelisah, lesu dan lemas
  • Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
  • Frekwensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
  • Bintik-bintik putih atau kecoklatan di sirip, kulit atau insang, produksi mukus berlebih, dan sirip menguncup
  • Pada infeksi berat, bintik-bintik putih atau nampak seperti salju yang disertai pendarahan, dan mata buram hingga menyebabkan kebutaan
  • Infeksi sekunder oleh bakteri akan memperparah kondisi kesehatan hingga mempercepat proses kematian.
Diagnosa :
Pengamatan secara visual terhadap adanya bintik putih (parasit) pada kulit, sirip dan insang ikan
Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian :
  1. Mempertahankan suhu agar selalu > 29 C
  2. Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari.
  3. Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit dapat dilakukan melalui perendaman dengan menggunakan:
  4. Air bersalinitas rendah (0-8 promil) selama beberapa jam (tergantung spesies dan ukuran), dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari
  5. Larutan hydrogen peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 30 menit, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2 hari Larutan kupri sulfat (CuSO4) pada dosis 0,5 ppm selama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari.
  6. Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari
3. Oodiniasis

Penyebab : Piscinoodinium sp. (Synonim: Oodinium sp.)
  • Merupakan ekto-parasit berbentuk bulat
  • Fase parasitik berbentuk seperti buah pir, diselaputi membran dan apendik menyerupai rizoid sebagai alat penempel pada ikan. Lamanya fase ini tergantung pada suhu air, pada suhu 25 C selama
  • 6 hari akan mencapai dewasa.
  • Infeksi yang berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
  • Organ yang menjadi target infeksi meliputi kulit, sirip dan insang.
  • Setelah dewasa, parasit melepaskan diri dari inang, berubah menjadi tomont dan membelah diri menjadi ngymnospore. Gymnospore adalah stadia infektif yang berenang seperti spiral untuk mencari inang, apabila dalam tempo 15--24 jam tidak menemukan inang, stadia tersebut akan mati.
Gejala Klinis :
  1. Ikan terlihat gelisah, tutup insang mengembang, sirip-sirip terlipat, dan cepat kurus. Populasi parasit di kulit mengakibatkan warna keemasan, berkarat atau putih kecoklatan (dekil) sehingga sering disebut "velvet disease".
  2. Ikan sering melakukan gerakan mendadak, cepat dan tak seimbang "flashing" dan akan terlihat jelas pada saat pagi atau sore hari.
  3. Menggosok-gosokkan tubuhnya di benda keras yang ada di sekitarnya, dan warna tubuh pucat.
Diagnosa :
Pengamatan secara visual terhadap adanya parasit pada kulit, sirip dan insang ikan
Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian :
  1. Mempertahankan suhu agar selalu > 29o C
  2. Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari.
  3. Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit, antara lain dapat dilakukan melalui perendaman dengan:
  4. Air garam (1-10 promil, tergantung spesies dan ukuran ikan) selama beberapa jam, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari.
  5. Larutan hydrogen peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 30 menit, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2 hari.
  6. Larutan kupri sulfat (CuSO4) pada dosis 0,5-1,0 ppm selama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari.
  7. Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari. Methylene blue pada dosis 2 - 6 ppm selama 3 -- 5 hari.
  8. Larutan Acriflavin pada dosis 0,6 ppm selama 24 jam, dan diulang setiap dua hari sekali.
4. Trichodiniasis atau Penyakit Gatal

Penyebab : Trichodina spp., Trichodinella spp., dan Tripartiella spp.

Bio-Ekologi Patogen :
  • Protozoa dari golongan ciliata, berbentuk bundar, simetris dan terdapat di ekosistem air tawar, payau dan laut. Trichodina spp. berukuran 45-78 m, Trichodinella (24-37 m) dan Tripartiella (lebih dari 40 m)
  • Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel
  • Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan
  • Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitik sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati/hancur.
  • Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan/atau cendawan.
Gejala Klinis
  • Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
  • Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya (gatal) Frekwensi pernapasan meningkat dan sering meloncat loncat
  • Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin),
  • Iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan
  • Sirip rusak, menguncup atau rontok
Diagnosa :
Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian :
  1. Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air 29 C
  2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
  3. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
  4. Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
  5. Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari
  6. Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
  7. Larutan formalin pada dosis 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
  8. Larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit
  9. Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 -- 4 kali
  10. Copper sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih, diulang setiap 2 hari sekali
  11. Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit, diulang setiap 2 hari
5. Trichodiniasis atau Penyakit Gatal
  • Penyebab : Trichodina spp., Trichodinella spp., dan Tripartiella spp.
  • Protozoa dari golongan ciliata, berbentuk bundar, simetris dan terdapat di ekosistem air tawar, payau dan laut. Trichodina spp. berukuran 45-78 m, Trichodinella (24-37 m) dan Tripartiella (lebih dari 40 m)
  • Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel
  • Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan
  • Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitik sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati/hancur.
  • Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan/atau cendawan.
Gejala Klinis :
  • Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
  • Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya (gatal) Frekwensi pernapasan meningkat dan sering meloncat loncat
  • Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin),
  • Iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan
  • Sirip rusak, menguncup atau rontok
Diagnosa :
Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian :
  1. Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air 29o C
  2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
  3. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
  4. Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam
  5. Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari
  6. Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
  7. Larutan formalin pada dosis 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
  8. Larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit
  9. Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 -- 4 kali
  10. Copper sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih, diulang setiap 2 hari sekali
  11. Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit, diulang setiap 2 hari

Referensi
  1. Anonim., 1983. Petunjuk Ringkas Cara Penanggulangan Penyakit Parasit dan Bakterial pada Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
  2. Prayitno, Budi; A.Sarono; Widodo;N.Thaib; S.Hariyanto; E.B.Sri Haryani; W.Novianti, dan S.Wardani., 1996. Deskripsi Hama dan Penyakit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Udang. Kerjasama Pusat Karantina Pertanian dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, Semarang.
  3. Yuasa, Kei; N.Panigoro; M.Bahnan, dan E.B.Kholidin., 2003. Panduan Diagnosa Penyakit Ikan. Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budi Daya Air Tawar di Indonesia. Balai Budi Daya Air Tawar, Jambi. Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya.
  4. Fardi Kallang, 2019, https://www.kompasiana.com/fardikallang/pengendalian-penyakit-parasit-pada-ikan
  5. Donna Oc, Buku Saku Penyakit Ikan; milis-ipkani@googlegroups.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar